Herbal Holistik Murah Hati: Beberapa Tanaman Berkhasiat Sebagai Imumomodulator

Sabtu, 12 September 2015

Beberapa Tanaman Berkhasiat Sebagai Imumomodulator

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan hasil alam. Salah satunya adalah banyaknya ragam tanaman obat. Dari 40.000 jenis tumbuhan yang ada di dunia, 30.000 jenis tumbuhan ada di Indonesia, dan 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat. Dari berbagai penelitian terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan berkhasiat obat tersebut menunjukkan adanya aktivitas imunomodulator, meningkatkan daya tahan tubuh.
Fungsi imunomodulator adalah memperbaiki sistem imun yaitu dengan cara stimulasi (imunostimulan) atau menekan/menormalkan reaksi imun yang abnormal (imunosupresan). Dikenal dua golongan imunostimulan yaitu imunostimulan biologi dan sintetik.

Sistem imun atau kekebalan tubuh Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan tubuh yang bertugas merespon atau menanggapi ''serangan'' dari luar tubuh kita. Saat terjadi serangan, biasanya antigen pada tubuh akan mulai bertugas. Antigen bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Kelak, mekanisme inilah yang akan melindungi tubuh dari serangan berbagai mikro organisma seperti bakteri, virus, jamur, dan berbagai kuman penyebab penyakit. Ketika sistem imun tidak bekerja optimal, tubuh akan rentan terhadap penyakit. Beberapa hal dapat mempengaruhi  daya tahan tubuh. Misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan, gaya hidup sehari-hari, stres, umur dan hormon. Untuk itu sebelum jatuh sakit, penting kiranya setiap orang menjaga gaya hidup yang sehat dan baik. Caranya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, hidup yang sehat dan higienis, tidur cukup selama delapan jam sehari, minum air putih dua liter per hari, olahraga teratur dan menjaga berat badan yang ideal. Fungsi sistem imun bagi tubuh ada tiga. Pertama sebagai pertahanan tubuh yakni menangkal ''benda'' asing. Kedua, untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen yang tua, dan ketiga, sebagai pengintai (surveillence immune system), untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi atau ganas. Pada prinsipnya jika sistem imun seseorang bekerja optimal, maka tidak akan mudah terkena penyakit, sistem keseimbangannya juga normal.
Beberapa sumber alam yang telah diteliti dan mempunyai efek sebagai imunomodulator diantaranya jamur ling zhi, jintan hitam, kedelai, keladi tikus, mangga, mengkudu, meniran, pegagan, rumput laut, sambiloto, sarang semut, sirih merah, Echinacea purpurea, jahe, dan songgolangit.
Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Ediati, S.E., Apt., mengatakan pengembangan produk imunodulator bahan alam dapat dimanfaatkan untuk menekan tingkat kejadian penyakit infeksi. Bahan tersebut mampu memodulasi sistem imunitas dengan berperan menjaga kondisi homeostatis tubuh serta membantu tubuh memperbaiki ketidakseimbangan sistem imun. Selain berperan memerangi penyakit infeksi, imunomodulatior juga berkembang menjadi pilihan pencegahan serta pengobatan kanker,  kata Ediati dalam pidato pengukuhan jabatan Guru Besar di Balai Senat, Rabu (7/11).

Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Walaupun berbagai bagian tanaman mengkudu telah lama digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, penggunaan yang paling umum adalah mencegah dan mengobati kanker. Beberapa penelitian ilmiah membuktikan bahwa jus mengkudu dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan membantu memperbaiki kerusakan sel, tetapi penelitian-penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk membuktikan penemuan-penemuan tersebut. Telah diketahui bahwa salah satu komponen spesifik antrakuinon yaitu damnakantal yang secara in vitro memperlihatkan efek melawan proliferasi sel kanker pada tingkat gen.
Buah Mengkudu (Morinda citrifolia)
Penelitian telah menunjukkan bahwa satu komponen yang diisolasi dari buah mengkudu dapat mematikan sinyal dari sel tumor untuk berproliferasi. Seperti dila-porkan oleh Asahina et al. dalam Wang et al., 2002 dan Hokama (1993) bahwa ekstrak buah mengkudu pada berbagai konsentrasi dapat menghambat produksi tumor necrosis factor-alpha (TNF-), yang merupakan promotor endogen tumor. Selanjutnya Hirazumi et al., 1994 melaporkan bahwa jus mengkudu dapat menekan pertumbuhan kanker Lewis Lung Carcinoma (LLC), yaitu nama sejenis kanker yang diinokulasikan ke dalam tikus percobaan melalui aktivitas sistem kekebalan tubuh inang. Hirazumi et al., 1996 melaporkan bahwa jus buah mengkudu berfungsi sebagai imunomodulator yang mempunyai efek antikanker. Hal itu disebabkan jus mengkudu mengandung substansi kaya polisakarida yang menghambat pertumbuhan tumor. Kemungkinan jus mengkudu dapat menekan pertumbuhan tumor melalui aktivasi sistem kekebalan pada inang (Hirazumi dan Furuzawa 1999). Ekstrak buah mengkudu juga mengandung xeronin dan proxeronin yang berfungsi menormalkan fungsi sel yang rusak, sehingga daya tahan tubuh meningkat. Xeronin juga berperan mengaktifkan kelenjar tiroid dan timus yang berfungsi dalam kekebalan tubuh.

Echinacea purpurea
Tanaman Echinacea purpurea dapat tumbuh beradaptasi dengan baik di lingkungan tropis meskipun tanaman ini berasal dari daerah sub tropis, dapat tumbuh baik pada ketinggian 450-1100 m di atas permukaan laut (Rahardjo, 2000). Untuk pertumbuhannya diperlukan penyinaran matahari penuh. Industri obat tradisional Indonesia telah menggunakan dan mengimpor ekstrak echinacea, sebagai contoh pabrik jamu dan fitofarmaka telah menghasilkan beberapa produk jamu yang bahan bakunya menggunakan echinacea.
E. purpurea telah lama digunakan di Eropa dan Amerika untuk pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi pernapasan dan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri maupun virus lainnya (herpes, konjungtivitis, stomatis, dan lain-lain). Manfaat echinacea dalam pengobatan penyakit infeksi disebabkan kemampuannya untuk berperan sebagai anti inflamasi dan imunostimulan. Echinacea dapat memacu aktivitas limfosit, meningkatkan fagositosis dan menginduksi produksi interferon. Echinacea sangat berguna dalam menurunkan simtom batukpilek, flu dan sakit tenggorokan (Tyler, 1995 dalam Craig, 1999).
Echinacea purpurea Sumber: scottarboretum.org
Sesungguhnya Echinacea memiliki 9 spesies, namun hanya E. purpurea yang direkomendasikan secara luas sebagai imunomodulator. Karena ada beberapa spesies Echinacea dengan kenampakan secara fisik ada yang mirip satu sama lain maka standardisasi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Pada awalnya ada dua spesies Echinacea lainnya yaitu E. angustifolia dengan parameter komponen echinacoside dan E. pallida yang secara fisik sangat mirip dengan E. angustifolia. Kedua tanaman ini pernah dilaporkan memiliki efek imunomodulator, tetapi karena hasil uji klinisnya masih membingungkan/data tidak stabil, ditetapkan dalam Commission E Monograph bahwa kedua spesies tersebut dinyatakan tidak direkomendasikan sebagai imunomodulator.

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Secara empiris jahe biasa digunakan masyarakat sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan, sebagai analgesik, antipiretik, anti inflamasi, dan lain-lain. Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol, dan gingeron dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan di atas vitamin E (Kikuzaki dan Nakatani, 1993). Selain itu jahe juga mempunyai aktivitas antiemetik dan digunakan untuk mencegah mabuk perjalanan. Disebutkan oleh Radiati et al., 2003 bahwa konsumsi ekstrak jahe dalam minuman fungsional dan obat tradisional dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan mengobati diare.
Jahe Putih Besar/ Jahe Gajah (Zingeber officinali)
Hasil penelitian Zakaria et al., 1999 menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan daya tahan tubuh yang direfleksikan dalam sistem kekebalan yaitu memberikan respon kekebalan inang terhadap mikroba pangan yang masuk ke dalam tubuh. Hal itu disebabkan ekstrak jahe dapat memacu proliferasi limfosit dan menekan limfosit yang mati (Zakaria et al., 1996)
126 serta meningkatkan aktifitas fagositas makrofag (Zakaria dan Rajab, 1999). Selain itu jahe mampu menaikkan aktivitas salah satu sel darah putih, yaitu sel ”natural killer” (NK) dalam melisis sel targetnya, yaitu sel tumor dan sel yang terinveksi virus (Zakaria et al.,, 1999).
Hasil penelitian ini menopang data empiris yang dipercaya masyarakat bahwa jahe mempunyai kapasitas sebagai anti masuk angin, suatu gejala menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang oleh virus (influenza). Peningkatan aktivitas NK membuat tubuh tahan terhadap serangan virus karena sel ini secara khusus mampu menghancurkan sel yang terinveksi oleh virus. Selanjutnya Nurrahman et al., 1999 menyatakan bahwa mengkonsumsi jahe setiap hari dapat meningkatkan aktivitas sel T dan daya tahan limfosit terhadap stress oksidatif. Komponen dalam jahe yaitu gingerol dan shogaol mempunyai aktivitas antirematik. Hal ini ditunjang dengan pendapat dari Kimura et al., 1997 bahwa jahe berfungsi sebagai antiinflamasi rematik artritis kronis.

Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Meniran secara empiris digunakan sebagai obat gonorrhea, infeksi saluran kencing, sakit perut, sakit gigi, demam, batu ginjal, diuretik, diabetes dan desentri. Terdapat beberapa dua jenis meniran yang banyak dijumpai dan digunakan sebagai obat, adalah P. niruri dan P. urinaria. Di beberapa negara P. niruri juga diidentifikasikan untuk spesies lain dari suku Phyllanthus. Di Amerika Tengah dan Amerika Selatan tanaman yang dikenal sebagai P. niruri sebenarnya adalah P. amarus. Di Indonesia P. niruri dan P. urinaria penggunaannya sebagai obat saling menggantikan dengan naman lokal meniran. Dilaporkan bahwa komponen aktif metabolit sekunder dalam meniran adalah flavonoid, lignan, isolignan, dan alkaloid. Komponen yang bersifat imunomodulator adalah dari golongan flavonoid, golongan flanoid mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh hingga mampu menangkal serangan virus, bakteri atau mikroba lainnya.
Tanaman meniran (Phylantypus niruri)
Thyagarajan (1988) telah berhasil mengisolasi tiga senyawa aktif dari genus Phyllanthus yaitu P. amarus yang mempunyai aktivitas menghambat perkembangbiakan virus hepatitis B, meningkatkan sistem imun dan melindungi hati. Selain itu menurut Maat dalam Tjandrawinata et al., 2005 melaporkan bawa ekstrak P. niruri dapat meningkatkan aktivitas dan fungsi komponen sistem imun baik imunitas humoral maupun selular. Selanjutnya Tjandrawinata et al., 2005 telah melakukan penelitian uji pra-klinis untuk menguji aktivitas meniran. Uji pra-klinis terhadap tikus dan mencit dilakukan untuk menentukan keamanan dan karakteristik imunomodulasi. Hasil penelitian bahwa ekstrak P. niruri dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B, sekresi beberapa sitokin spesifik seperti interferon-gamma, tumor nekrosis faktor-alpha dan beberapa interleukin, aktivasi sistem komplemen, aktivasi sel fagositik seperti makrofag, dan monosit. Selain itu
127 juga terjadi peningkatan sel sitotoksik seperti sel pemusnah alami ’natural killer cell’. Selanjutnya dilakukan pula uji klinis untuk melihat efek imunomodulasi pada beberapa pasien dengan kondisi tertentu. Akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak P. niruri bekerja sebagai imunomodulator yang dapat digunakan sebagai terapi adjuvan (penunjang) untuk beberapa penyakit infeksi.

Sambiloto (Androgaphis paniculata)
Produksi dan mutu simplisia sambiloto sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekologi. Dari hasil analisis mutu, sambiloto di tanam di dataran tinggi menujukkan kadar sari yang larut dalam air mempunyai kadar yang lebih tinggi dibandingkan dataran rendah (Yusron et al., 2004). Kadar sari yang larut dalam air menunjukkan indikasi adanya kandungan zat berkhasiat dalam suatu tanaman yang terlarut. Komponen aktif dari sambiloto yaitu andrographolide, 14-deoxyandrographolide dan 14-deoxy-11,12-didehydroandrographolide yang diisolasi dari ekstrak metanol mempunyai efek imunomodulator dan dapat menghambat induksi sel penyebab HIV. Komponen–komponen tersebut meningkatkan proliferasi dan induksi IL-2 limfosit perifer darah manusia (Kumar et al. dalam Elfahmi, 2006).
Dari hasil penelitian Cahyaningsih et al., 2003 bahwa dengan pemberian sambiloto dosis bertingkat dengan koksidiostat (preparat sulfa) akan menaikkan heterofil pada darah ayam. Dengan penambahan dosis sambiloto akan menaikkan heterofil, kenaikkan tersebut diduga berkaitan erat dengan fungsi ganda dari sambiloto sebagai imunosupresan dan imunostimulan (Deng, 1978; Puri et al., 1993). Heterofil merupakan salah satu komponen sistem imun yaitu sebagai penghancur bahan asing yang masuk ke dalam tubuh (Tizard, 1987).
Mekanisme kerja dari herba sambiloto sebagai imunosupresan sangat terkait dengan keberadaan dari kelenjar adrenal (Yin dan Guo, 1993). Hal ini dikarenakan sambiloto dapat merangsang pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari kelenjar pituitari anterior yang berbeda di dalam otak yang selanjutnya akan merangsang kelenjar adrenal bagian kortek untuk memproduksi kortisol. Kortisol yang dihasilkan ini selanjutnya akan bertindak sebagai imunosupresan (West, 1995). Efek imunosupresan akan mengakibatkan timbulnya penurunan respon imun.
Menurut Puri et al., 1993 bahwa sambiloto dapat merangsang sistem imun tubuh baik berupa respon antigen spesifik maupun respon imun non spesifik untuk kemudian menghasilkan sel fagositosis. Respon antigen spesifik yang dihasilkan akan menyebabkan diproduksinya limfosit dalam jumlah besar terutama limfosit B. Limfosit B akan menghasilkan antibodi yang merupakan plasma glikoprotein yang akan mengikat antigen dan merangsang proses fagositosis (Decker, 2000).

(Sumber: ugm.ac.id, litbang.balitro.pertanian.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar